Wednesday, January 18, 2023

Tahun Baru Pergumulan baru

 

Perjalanan hidup terus berlanjut, detik demi detik, menit ke menit lalu beranjak hari ke hari, minggu bulan dan tanpa terasa setahun sudah Kembali dilewati, apa yang terjadi dengan hidup kita?

Sepertinya tidak terlalu banyak yang berubah dalam beberapa hal, namun bagi beberapa orang mungkin terjadi perubahan drastis dalam hidup ini. Banyak hal yang telah terjadi dalam tahun yang telah kita lewati baik suka maupun duka silih berganti dalam hidup ini.

Usia yang terus menggerogoti kondisi tubuh kita perlahan tetapi pasti mulai terasa dalam kesibukkan sehari-hari. Kita menyadari bahwa kita tidak lagi sekuat dahulu, kita menyadari banyak hal telah berubah dan telah diambil alih oleh generasi muda. Kendati kita terus berpacu dengan kemajuan zaman dan mengiktuinya agar tidak terlibas oleh zaman, namun akhirnya tidak terkejar jua yang ada adalah semakin tertinggal, semua ini adalah proses kehidupan yang dialami oleh semua manusia.

Alkitab pernah menuliskan bahwa segala sesuatu itu adalah sia-sia adanya dan segala sesuatu pernah ada dalam dunia dan perlahan akan lenyap digantikan dengan yang baru, apa yang kita lakukan tidak ada yang baru semua silih berganti. Pertanyaannya apakah kita menghidupinya dengan sia-sia ataukah kita menjalaninya dengan kesadaran penuh bahwa kita sedang menuju ke garis akhir kehidupan dan perlu meninggalkan legasi pada generasi penerus.

Kebergunaan kita adalah tatkal akita menjalaninya sesuai dengan rencana Allah dalam hidup kita namun tidaklah mudah untuk menyadari dan mencari tau apa yang Tuhan ingin kita kerjakan dalam setiap fase kehidupan kita.

Tahun baru, kita harus kembali merevisi hidup dan mempunyai resolusi baru dalam hidup, perlu siap untuk terus mengadakan perubahan hidup. Tahun 2023 ini ada yang mengatakan tahun yang berat namun mungkin menjadi tahun berkah bagi orang lain. Tuhan punya caranya sendiri dalam hidup kita masing-masing yang kadang kita tidak pernah bisa mengerti. Jika kita jujur dalam hidup kita dan melihat tahun tahun yang telah kita lalui harus kita akui banyak hal terjadi yang kita tidak mengerti tetapi ada tangan Tuhan disitu. Jadi untuk menghadapi tahun kedepan tetap harus optimis menjalani hidup ini dan berusaha terus berjalan dalam Tuhan dan berelasi erat dengan Tuhan. Jangan selalu melakukan sesuai dengan harapan orang tetapi berubahlah sesuai dengan kehendak Tuhan dalam hidup ini.

Mari kita menyongsong tahun 2023 ini dengan segala perubahan yang mungkin terjadi dengan terus bersandar kepada Tuhan dan berharap hanya kepadaNYA.

 

Sunday, October 16, 2022

Pengajaran Tuhan dalam pengambilan keputusan

 

Hari ini aku mendapatkan insight baik dalam isi kotbah yang di sampaikan bertepatan dengan apa yang sedang aku gumulkan. Beberapa hari yang lalu aku berkesempatan menginap di rumah seorang Om-ku dan bersamaan dengan itu, datang pula om-ku yang lainnya yang juga berkunjung dan disana kami mengobrol bersama. Sebenarnya itu adalah pertemuan keluarga biasa namun kali ini membawa pemikiran yang berbeda bagi diriku dan juga bertepatan dengan kotbah tadi.

Om-ku keduanya adalah pengusaha besar di Jakarta namun mereka sudah memasuki masa tua mereka alias pensiun. Anak-anak merekapun sudah memiliki bisnis mereka sendiri- sendiri, dan om-ku ini hanya menjadi pemegang saham saja di perusahaannya dahulu dan salah satu om-ku saat pension mendalami teologia di Trinity Singapore dan beliau adalah sahabat dari pendeta tua dari SAAT yang tinggal di Australia

Om-ku yang lain adalah juga pengusaha sukses juga lebih menikmati hidup Bersama istrinya dan mereka menikmati hari-hari tuanya. Keduanya adalah mantan pengurus di gereja besar di Indonesia.

Hal yang sering kami diskusikan adalah percis mengenai apa yang di kotbahkan bahwa mereka menyadari bahwa mereka harus berani memberikan kecukupan bagi hamba Tuhannya yang melayani dan mereka juga ada kekecewaan dengan beberapa hamba Tuhan yang orientasinya kedudukan dan uang belaka dibanding dengan keseriusan melayani.

Dalam diskusi aku sering menyatakan kepada mereka bahwa sebenarnya banyak majeis dan pengusaha yang membedakan antara penginjil dan pendeta,  dan memperlakukan pendetanya berlebihan, sehingga tidak heran banyak penginjil mengharapkan ingin jadi pendeta bukan karena pelayanan dan panggilan tetapi perlakuan special yang mereka Terima sebagai pendeta. Perbedaan yang terlihat adalah dalam gaji dan fasilitas namun sebenarnya banyak hal dalam pelayanan penginjil juga tidak kurang sibuknya. Sehingga tidak heran pula jika banyak pendeta yang tidak mau turun walau sudah masa pensiun dengan pelbagai alasan dan mereka mengakui hal itu memang terjadi.

Namun hal lain yang membuat aku kagum dengan mereka adalah mereka tidak merasa kekayaan mereka itu adalah hal yang bagaimana, bukan mereka pelit tetapi aku sekarang lebih terbuka melihat kesederhanaan mereka. Maksudku mereka punya uang dan kedudukan namun tidak merasa itu sebagai sesuatu yang harus di pertahankan, bahkan urusan bisnispun ditingalkan pada professional dan mereka menikmati pelayanan dan hidup Bersama dengan istri mereka.

Mereka bisa membeli mobil termahal namun Om-ku yang tinggal di Spore memilih naik MRT kemana-mana dan merasa tidak perlu memiliki mobil, walau mereka tinggal di condo yang cukup mahal dan banyak orang berada spore yang tinggal di sana namun bagi mereka bukanlah sesuatu yang bagaimana, mereka hanya memikirkan kenyamanan dan keamanan.

Om ku yang  di Indonesia pun hanya naik mobil honda CRV, padahal untuk membeli lexuspun atau mobil mahal lainnya dia mampu namun diapun hidup dengan kesederhanaan dan tetap melayani walau tidak dalam posisi structural.

Hal yang paling aku pelajari adalah mereka dalam posisi yang sangat tinggi dan dihormati orang bisa melepaskan itu semua dan hidup apa adanya seperti orang biasa saja, namun banyak pelayanan yang mereka kerjakan dengan keberadaannya pada orang di sekelilingnya. Mereka tidak merasa kehilangan kekuasaan atau power syndrome, mereka tidak ambil pusing itu.

Aku sangat senang mendapat pengajaran ini karena akupun mulai memasuki masa pension dan aku berharap bisa tetap melayani walau tidak secara structural dan tidak perlu merasa kehilangan apa-apa.

Tuhan memberi kesempatan pernikahan kedua yang akan kulakukan desember ini  dan sangat di support oleh mereka secara moril dan saya terus terang ada keinginan masa tua ini akan bisa kulaui dengan melayani bersama, sehingga aku berharap calon istriku bisa mengambil pelayanan yang bisa berbareng dengan aku dengan resiko mungkin dia harus meninggalkan posisinya sekarang.

Kotbah kali ini memberi semangat kepadaku untuk tidak perlu memikirkan penghasilan untuk menjadi kaya raya, asal Tuhan cukupkan untuk hidup dan melayani itu sudah cukup bagiku. Aku dikuatkan bahwa Tuhan juga akan menjaga hambaNya melalui orang orang di sekitar pelayanannya untuk menjaga dan memberi kehidupan yang layak bagi hambaNYa.

Hal ini memberi kelegaan karena kami akhirnya mengambil keputusan bahwa calonku akan meninggalkan tugasnya sekarang sebagai kepala sekolah yang memakan waktu hidupnya pribadi bahkan membuat dia pun tidak mungkin melayani karena di hari minggupun diganggu tugas - tugas tambahan. 

Kami sepakat akan menyerahkan hidup kami dan menyerahkan pada Tuhan dimana kami boleh melayani Tuhan.

Terima kasih Tuhan memberi konfirmasi melalui firmanNya yang sederhana dalam ibadah tadi kiranya kami tidak salah memutuskan.

Terima kasih TUhan

 

 

Sunday, March 13, 2022

Kesendirian yang menyakitkan

 Sebagai manusia kita diciptakan dengan kasih Allah dan memiliki karakter dan hak sebagai gambar Allah. Kita manusia di ciptakan sebagai mahluk sosial dan juga dikatakan tidak baik manusia itu seorang diri saja. Manusia perlu ada manusia lainnya dalam bersosialisasi dan Tuhan berikan.

Dengan adanya manusia lain dan sosialisasi yang terjadi maka hidup semakin marak dan bergairah melingkupi semua pemikiran dan perasaan yang menjadi satu dan terlihat dari prilaku kita di keseharian dalam berelasi dengan sesama kita

Namun dalam hidup ini ada kalanya kita harus menghadapi apa itu namanya kesepian. Sepasang suami istri yang di tinggal anak-anaknya study atau bekerja di lain kota atau keluar negri maka pasangan ini mulai merasakan kesepian.

Ketika anak satu persatu meninggalkan rumah, mereka membangun rumah tangga mereka masing-masing kesepian mulai menghampiri banyak keluarga, dan mulai memasuki yang namanya menanti kehadiran anak dan cucu untuk mengisi kesepian dan kerinduan yang ada dalam hati ini.

Namun akan tiba saatnya kita menyadari bahwa semua yang kita miliki satu persatu dengan perlahan dan pasti hilang dari genggaman kita, maka saat itulah kita mulai menyadari betapa kita sendirian dan kesepian. Kita sering mengenang masa ketika rumah kita penuh tangisan anak anak, penuh gelak tawa bahkan mungkin juga kata kata keras dan kemarahan yang sering kali muncul dalam berelasi dan konflik, semua itu sudah tidak ada menyisakan kenangan, dan sakitnya hati ini ketika kenangan itu muncul seperti sebuah tayangan film dalam ingatan kita.

Sampai  terakhir orang yang ada di samping kitapun lenyap, maka kesepian dan kesadaran kesendirian ini makin menjadi-jadi. Secara spritual kita mengerti bahwa Tuhan ada selalu menyertai kita dan bersama kita, benar ini menolong tetapi ada saat saat kita sangat butuh manusia lain ada di tengah kita, dan saat itulah kenangan manis akan pasangan kita bermunculan dan akhirnya menyisakan air mata yang ada di pipi, dan sakit hati yang menusuk serta merobek robek hati ini.

Banyak orang yang sedang dalam tahap seperti ini dalam dunia, mereka harus melaluinya sendiri dan terus sendiri sambil menanti saat penyatuan itu kembali terjadi kala Tuhan sudah memanggil pulang. Ada juga ketakutan apakah nanti sang kekasih hati ini masih seperti waktu dia hidup dan hangat menyapa kita karena kita tahu bahwa di dunia sana memang berbeda dengan dunia fana kita ini, semakin di pikir semakin membawa kesedihan dan keribudan yang mendalam dalam hati

Aku yang sedang dalam tahap ini sama seperti saudara lain yang juga dalam kesendirian dan kesepian. Satu kekuatan Tuhan masih ingin kita melakukan sesuatu didunia ini maka hanya bisa melakukan apa yang Tuhan tugaskan dan inginkan. Tidak lagi perlu mencari apa yang dunia atau orang lain katakan. Hanya Tuhanlah benteng kekuatan kita dan penghiburan kita. 

Tuhan beserta kita... amin

Monday, October 11, 2021

Hidup ini tidak adil

 Hidup ini tidak adil, apakah benar?

Apakah memang ada keadilan didalam dunia ini, dunia yang sementara orang mengatakan bahwa hidup ini  penuh kekejaman dan cobaan hidup yang memberi banyak kesulitan pada seteiap umat manusia.

Setidaknya itulah yang kadang aku rasakan dan alami setelah di tinggal oleh istri tercinta. Hidup menjadi kosong dan tidak ada kesukaan dan keceriaan.  Yang ada adalah kesukaan yang dipaksakan ataupun kesenangan sementara tatkala ada sedikit kegembiraan yang meletup dalam pergaulan namun kembali sepi tatkala kembali sendiri.

Aku sering berpikir betapa banyak ketidak adilan yang kurasakan saat ini. Aku mengenang setiap hal dan setiap detail perjalanan kehidupan bersama dengan almarhum istri yang sangat kukasihi ini. Kami berjuang untuk dapat menikah dalam ketidak beradaan dalam materi dan juga tidak ada dukunga dari orang dekat akan pernikahan kami, hanya berbekal cinta, komitman dan kebersandaran kepada Tuhan kami menapaki hidup kami memasuki pernikahan.

Kami berdua harus berjuang dalam hidup mencari penghidupan yang lebih baik bekerja siang dan malam agar hidup ini bisa sedikit lebih nyaman dan bisa dinikmati. Dalam perjalanan yang sedikit demi sedikit mulai bisa dinikmati Tuhan memanggil kami untuk menyerahkan diri melayaninya dengan melepas semua pekerjaan kami dan mulai memasuki dunia pelayanan.

Dalam pelayanan sedikit demi sedikit Tuhan membukakan hal-hal yang harus kami lakukan sesuai dengan gaya dan karakyter serta kehidupan kami melalui segala macam naik turun bahkan kecurigaan orang-orang justru yang dekat dengan kami, meragukan akan integritas kami, sangat menyakitkan hati kami berdua dan kami bertanya kepada Tuhan betapa tidak adilnya hidup ditengah iman yang kupercayai ini.  Betapa banyak orang yang "Munafik" ataupun menerapkan prinsip kebenaran tanpa ada pengetahuan yang benar yang lebih menghakini. Kadang membuat aku khususnya yangdi bangun dari sosialitas non Kristen awalnya sangat berbeda. Dimana lingkunngan sosial non Kristen lebih bahu membahu dalam kesolidaritasannya dibanding dengan kekristenan yang penuh iri hati. Dimanakah kasih yang sering di gemborkan itu?

Dengan berjuang bersama saling menguatkan dan berdoa kami melihat itu bukan kekristenannya yang salah tetapi manusianya. Sejak dari itu kami tidak terlalu perduli dengan manusia ataupun pandangan manusia melihat diri kami sejauh kami menaati dan berjalan dalam kebenaran firman Tuhan.

Aku dan istriku berbeda dia sangat bisa membawa diri dengan thinkernya dan EQ nya dalam berelasi dengan orang lain, sedang aku seorang yang idealis sejak awalnya selalu transparan terlihat apa adanya akan ketidak sukaan maupun ketidak setujuan tentang segala sesuatu semakin orang memandang aku dengan "berbeda". Banyak orang tidak mengenal aku dan betapa banyak yang menghakimi aku. Dunia memang tidak adil, pernah aku mencoba untuk merubah sedikit gaya dengan mengikuti orang lain ternyata memang manjur, begitu banyak orang merasa oke dan senang. Namun sesungguhnya itu melelahkan karena tidak menjadi diri sendiri namun harus ku akui kemasan sangat penting. Sejujur dan sebaik apapun kita jika kemasannya buruk maka orang selalu menilai buruk. Sungguh hidup ini tidak adil bukan?

Sejak aku kehilangan istriku karena berpulang aku semakin sulit menapaki hidup ini di mata orang-orang yang mungkin memandang dengan cara yang berbeda. Aku merasakan betapa susahnya hidup dengan tidak adanya orang yang kita bisa berbagi perasaan dan mengenal diri kita secara mendalam. Aku merasa tidak adil Tuhan merenggut istriku dari sisiku karena aku masih membutuhkan dia.

Sejak dia tidak ada, secara jujur aku kesulitan keuangan karena dalam perhitungan pengeluaran tetap tidak cukup di cover dari pendapatanku saja kadang pas kadang harus makan tabungan, dengan catatan tidak ada pengeluaran transportasi selama pandemi. Beberapa teman dekat dan anak angkat menghibur dan mengajak aku berlibur untuk melepasakan kesedihanku, memang benar sangat terobati namun masalah tetap berjalan bukan.....

Tuhan pun memberi jalan melalui asuransi istri yang keluar dan uang pensiun namun itu tidak berani aku menggunakannya karena aku sudah komit dengan dia semasa hidupnya untuk membangun suatu tempat dalam lingkungan pelayananku. Namun aku tahu ada beberapa orang yang mulai berrtanya-tanya akan uang pensiun dan asuransi  dari Weijen tersebut. Mereka memang perhatian namun dibalik itu ada perasaan seperti sedang di selidiki apakah memakainya dengan seenaknya. Hati ku sedih dan berpikir sungguh tidak adil dunia ini banyak orang berpikir negatif dan menghakimi.

Kenapa semua ini terjadi? Pada suatu saat ada seorang sahabat yang justru mengerti kesulitan aku dan dialah yang berani mengutarakan dengan jujur tanpa ada tudingan, yaitu menanyakan bagaimana kehidupan keuangan setelah istri tidak ada. Lalu aku ceritakan apa adanya dan beliau mengatakan ada jalan keluar asal saya berani melangkah dengan segala resikonya, yaitu investasi.

Saya bukan orang yang tidak mengerti investasi dan aku tau semu ainvestasi ada resikonya bahkan tanpa investasi saja dalam hidup banyak resiko maka saya bertanya lebih detail mengenai investasi ini dan karena aku mendapatkan suatu dana yang mendadak artinya tidak pernah aku pikirkan akan dapat dana itu aku masukkan kedalam investasi itu atas jaminan sahabtku itu bahwa dalam setahun jika ada habis investasi aku dia akan gantikan 100% dana saya tetapi sebaliknya jika setelah bisa mendapatkan profit hingga modal kembali maka dia tidak lagi menjamin maka aku ikut investasi

Problem lain muncul, dalam kemunafikan hidup. Beberapa orang mengetahui aku mengikuti investasi ini dan mendapatan profit yang baik merekapun ikut masuk investasi ini lalu tiba tiba ada selentingan dan tuduhan bahwa saya tidak fokus lagi pelayanan dan menjalankan investasi. padahal yang berbicara tidak mengerti hal ini dan tidak tau apa kegiatan saya sehari-hari secara detail kok bisa menilai seperti itu. Hiudp ini sungguh tidak adil bukan? 

Setaip orang berivestasi mengetahui dengan jelas segala resiko dan menjadi tanggung jawab masing-masing. Apakah salah jika saya berinvestasi dimanakah letak dosanya? bukankah banyak mereka yang beseru inipun melakukan banyak investasi dengan cara mereka masing-masing. Apakah seorang hamba Tuhan tidak boleh berinvestasi? Seorang hamba TUhan juga manusia bukan? memerlukan biaya hidup dan menyiapkan masa tuanya? dari manakah dia membiayainya jika tidak menginvestasikan miliknya untuk sesuatu dimasa depan, salahkah? atau hamba Tuhan harus selalu berharap kepada Tuan-Tuan yang berpundi itu baru artinya bersandar Tuhan, Tuhan pelihara melalui mereka. BUkankah TUhan juga memberi kita akal pikiran dan mengusahakan untuk hidup kita?

Saat ini dari investasi aku bisa mendapatkan gaji istriku kembali walau dia sudah tiada dan hidup menjadi leih ringan. Namun karena sekarnag hidup sendiri maka kadang aku berpikir saat ini aku bisa saving cukup banyak dan bisa digunakan untuk berwisata atau menikmati hal-hal yang biasa kami lakukan selama dia hidup. Namun sekarang dia sudah tidak ada. Apa yang kumilikipun menjadi tidak ada artinya. Ada duit tetapi tidak bisa menikmatinya bersama istri tercinta apa gunanya. Hidup ini tidak adil tatkala dia masih hidup kami harus saving dan irit hidup sekarang tatkala aku pikir kenapa dulu terlalu pelit dan membatasi diri untuk menikmati hasil kerja kami berdua..... ah hidup ini memang tidak adil

Hidup memang tidak adil jika kita selalu melihat pada manusia. Bagiku keadilan adalah milik Tuhan tidak ada manusia yang bisa adil keadilan manusia itu berbeda denga keadilan manusia. bagi manusia biasa kamu dapat aku dapat itu adil namanya, aku dapat kamu tidak itu adalah anugrahku..... begitulah manusia

Hidup memang tidak adiiiiiil

Wednesday, September 29, 2021

Catatan hatiku: Aku berubah

Hai Istriku sayang
Tidak terasa kepergianmu sudah berlangsung cukup lama, namun kehadiranmu dalam diriku masih selalu sama dan terasa hangat dalam ingatan.
Wie, aku merindukan dirimu dengan amat sangat. Tidak lagi ada orang yang bisa mengerti seperti dirimu yang mengertiku dan menerimaku apa adanya.
Wie waktu terus berlalu dan kesedihan ini tidak juga berlalu dalam diriku, kadang bisa kuatasi namun seringkali aku masih berderai air mata.
Banyak orang memang memberi simpati namun mulai pudar dengan berjalannya waktu, hanya mereka yang dekat dengan kita yang terlibat secara emosi yang masih rutin menyambangi aku dan bercengkerama dengan aku melalui zoom, telpon bahkan beberapa dengan pertemuan fisik.
Wie tahukah kau, dengan tidak adanya engkau banyak perubahan yang aku lakukan dan yang pasti yang kamu senangi dan kau harapkan selama ini.
Contoh simple sejak kamu berpulang ke Sorga aku seringkali jika makan ke Mall atau ketempat kesukaan kita aku sering duduk di tempat biasa kita duduk dan selera makanku berubah menjadi selera makanmu. Kamu Tahu Wie, sekarang aku lebih gemar makan western food karena bisa sendirian, chinese food agak susah karena perlu mengajak orang. Jadi aku sering ke Cafe atau restoran western yang kita suka.
Setiap duduk dan order makanan, taukah kau sekarang aku jadi suka caesar salad, waktu makan ini aku selalu teringatmu dan sampai hari ini setiap suap aku teringat kamu dan tidak terasa airmata  mengalir.
Waktu  ke restoran Jepang aku selalu pesan Grill Kepala Salmom kesukaanmu begitu pula disana makan sambil meneteskan air mata. Sekarang seleraku berubah mengikuti seleramu. 
Wie beberapa konseleemu sekarang ke aku dan gaya konselingmu dan cara kamu dalam metode sekarang banyak yang aku ikuti, ingatkan kamu selalu mengajari aku dulu, kamu tau intuisiku dalam konseling baik tetapi caraku perlu dipoels dan kamu selalu mengajari aku, sekarang tanpa sadar sudah terpoles. Aku berubah Wie.
Saat aku mentok dalam pelayanan aku rindu dekapan dan hiburan darimu yang tidak ada lagi, aku saat ini hanya bisa berteriak kepada Tuhan dan menanti pertolongan Tuhan saja. Aku sangat bersyukur dengan persaudaraan kita dengan group Sumba dimana mereka selalu berusaha hadir dalam setiap hidupku dan melibatkanmu didalamnya. Dan kamu ingat rekan kita Hendro yang tidak pernah seharipun tidak menghiburku dan menelpon aku, ada juga Grace Benny sering bertanya keadaanku. 
Wie aku berubah dahulu aku paling benci sendirian dan aku heran kamu dulu suka sendiri, sekarang aku dipaksa harus sendiri, dan sekarang aku berubah aku bisa sendiri dan mengisi waktu sendiri. 
Wie banyak hal aku berubah dan lebih suka tenang. Banyak berbicara dengan Tuhan seperti yang pernah kita sharingkan dahulu, bahwa hanya Tuhan yang tahu akan kita, aku ingat kamu selalu menyandarkan diri kepada Tuhan dan ada caramu yang bisa menghadapi orang yang berbeda dengan mu. Aku sekarang juga sudah tidak terlalu perduli dengan hal-hal pengejaran sesuatu dalam hidup, bagiku hidup adalah menyelesaikannya dengan baik seperti dirimu dan sebisa mungkin tidak bergantung kepada orang lain, walau realitanya kita selalu dibantu oleh sahabat sahabat kita.
Aku berubah sekarang lebih tenang dan lebih memikirkan menjadi berkat bagi banyak orang di sekitar aku dan sudah tidak lagi ragu dan pelit untuk membantu orang. Aku sekarang berubah Wie banyak membantu orang yang membutuhkan. Kamu pasti senang karena prinsip kita income yang kita dapati harus ada outcome untuk mereka yang membutuhkan dan itu aku jalani sekarang.
Terima kasih yah Wie sudah jadi istriku walaupun sudah berpulang Ke Sorga terus memberi perubahan bagi diriku.
Aku mencintaimu selalu..... Peluk cium dari suamimu yang sangat merindukanmu

Wednesday, June 16, 2021

Percakapan imajiner

 

Obrolan Imajiner

Hai Wie sayang, sudah lama kita tidak berjumpa, tidak bercengkrama, bersenda gurau sudah hampir 3 bulan yah Wie, cepat sekali waktu berlalu.

Keterpisahan ini membuat aku selalu sedih jika mengingat akan dirimu Wie, bukannya aku tidak move on tetapi aku merasa kehilangan semangat dan suka cita seperti saat bersamamu, walau aku mengerti sekarang kamu sudah tidak lagi bisa bersamaku tetapi setiap kali mengenang masa indah bersamamu hatiku terernyuh.

Wie aku sedih bukan menyedihkan dirimu tetapi menyedihkan diriku sendiri, karena aku tau kamu sudah berbahagia di Sorga Bersama Tuhan kita Yesus Kristus. Aku menyadari sesungguhnya dengan kondisi penderitaanmu saat sakit memang lebih baik engkau pulang kerumah Bapa di Sorga. Aku senang kamu tidak lagi menderita sekaligus aku sedih karena aku harus menderita hidup sendirian.

Wie aku kesepian, walau banyak teman konsen kepadaku dan sering menghiburku namun karena pandemic dan tidak bisa sembarang keluar ketemu orang menambah aku semakin sulit karena kemanapun aku melangkah selalu ada kenangan bersamamu

Aku pergi ke MOI aku ingat kita selalu masuk ke Uni Qlo dan tempat lainnya, Ketika aku diajak makan aku selalu ingat tempat kita di Greendoor yang kita suka, waktu aku ke Sushi Hiro aku ingat kita selalu memesan kepala ikan salmon  ahh …. Wie tidak ada tempat yang tidak ingat kamu.

Aku merasa bagaimana jika berlibur tanpa dirimu, ah… sepinya hati ini. Wie aku menagis sambal mengetik surat ini aku merasa seperti sedang bicara denganmu langsung. Kemarin 12 juni kamu ulang tahun aku harus liwati sendiri dan aku ingat tahun lalu kita rayakan berdua di Greendoor tahun ini kami Bersama sama merayakan ulang thaun kamu lho dengan Eunike. Mereka mendirikan Chappel dengan nama LWJ Living with Jesus dari pelesetan namamu Lie Weijen. Wie hari itu aku bangga sekali denganmu, hidupmu sungguh dipakai Tuhan dan mempengaruhi banyak orang. Aku senang mempunyai istri sepertimu bangga, aku juga menyadari bahwa nama kita itu ternyata menjadi hal menarik JLM LWJ ( Julimin Lie Wei Jen) ternyata jika aku pelesetkan menjadi Jesus Love Me, Living With Jesus. Karena Jesus Cinta saya maka saya bisa hidup dengan Jesus. Kenapa setelah kamu pergi aku baru menyadarinya yah.

Wie sayang aku kesepian tidak lagi bisa melihat seringai senyummu, tidak lagi bisa mendengar tawamu dan celotehanmu, untung selama hidup aku selalu memanfaatkan waktu selalu bersamamu, mungkin itu juga yang membuatku sangat kehilangan.

Aku rela melepas kepulanganmu karena aku memang tau kamu adalah sepenuhnya milik Tuhan pencipta kita, dan kamu telah Kembali kepadaNYA dan bersyukur Tuhan sudah memberi kesempatan 30 tahun kurang 3 bulan hidup Bersama denganmu.

Aku kadang sedih tatkala aku harus melayani konseling bagi konselee kita berdua dan aku sedih mereka kehilangan kamu tempat mereka mencurahkan hati dan perasaannya untuk hal ini aku tidak bisa menggantikanmu, aku berusaha sebaik mungkin untuk melayani mereka dalam konseling tetapi mereka kehilangan figure dirimu, aku jadi sedih sekali.

Aku bersyukur Wie karena ada kelompok WA kami yang berduka dan aku melihat banyak mereka yang sedang berduka dan mengalami patah hati seperti aku dan kami masing-masing mencari jalan untuk keluar dari masalah kesedihan ini. Aku bersyukur ada caraku sendiri dengan sering bicara denganmu dan melakukan hal yang ktia suka.

Wie setiap lari pagi di komplek apartemen kita aku selalu merasa kamu lari disebelah aku bahkan kadang seperti biasa kamu ambil route lain dan aku ambil route sebaliknya kita sering berpapasan ketemu di belokkan tower G, nah setiap kali aku belok disana aku  serasa melihat kamu sedang lari tersenyum padaku.

Satu kali aku bermain sepeda ke PIK aku ingat tempat kita lari waktu itu, sekarang aku liwati lagi tetapi dengan bersepeda, aku membayangkan indahnya jika bisa bareng dengan kamu.

Yah itulah Wie hari hari aku liwati dengan mengenang hal yang indah kadang tetap sedih mungkin orang merasa aku tidak move on tetapi sesungguhnya tidak juga aku sadar kok dan sudah mulai aktif banyak hal, Cuma perasaan kan gak bisa di bohongi jadi aku nikmati saja perasaan sedih datang khusus ya tatkala dalam kesedihan.

Kelompok Sumba Kita dengan Keluarga Suta Jusni, Riki Epenk masih terus lari Bersama dan pergi Bersama bahkan saat ini kita juga memelihara anjing, awalnya aku pelihara Chi hua hua seperti yang kamu bilang kalau aku mau urus boleh pelihara sekarang aku pelihara, kemudian epenk juga pelihara anjing ha ha ha ha  jadi banyak obrolin anjing sekarang.

Wie banyak yang sedih atas kepergianmu, termasuk teman baik kita Hendro, dia yang paling menemaniku saat aku perlu tatkala sedih. Aku kadang merasa Tuhan beri dia untuk menolong aku dikala sepi. Bahkan keluargaku pun tidak ada waktu untuk sering sering menanyakan kabar kepadaku malah lebih banyak aku yang mengajak mereka untuk bertemu di Zoom.

Wie sayang aku aku bersyukur kepada Tuhan di hari pernikahan kita kemarin aku menyadari Tuhan baik tidak ijinkan aku melihat wajah tuamu karena saat engkau pulang kesorga wajahmu masih tetap muda dan berseri dan wajah inilah yang selalu aku kenang dalam kecantikannya tentu saja bagiku yah.

Wie Achuang anak angkat kita masih sedih sama seperti aku, dia masih kontak aku namun dia belum ke Jakarta dan tentu dia juga masih gamang kejakarta teringat biasa ingin ketemu kamu sekarang menyadari kamu sudah tidak ada pasti dia sedih.

Wie banyak hal aku ingin bicara dengan kamu seperti biasa kita ngobrol menjelang tidur atau waktu lagi santai. Aku sering ngobrol sendiri seakan kamu ada di sebelah aku. Wie aku kehilangan kamu dan mengasihimu demikian juga Achuang mengasihimu juga teman lain.

Wie ingatkah terakhir kita liburan ke Bali terakhir kamu naik pesawat kita di belikan bisnis class oleh Achuang untuk menyenangkan kita ternyata itu kesempatan pertama dan terakhir bagimu naik bisnis class     

    


Bisnis class pertama dan terakhir

Di RSK Cibinong terakhir kali

terakhir keluar negrike  USA\

Terakhir bersama anak angkat dan mantu
Terakhir liburan Di bali












 Kenangan foto yang dapat ku nikmati bersama sang istri tercinta

Dua wanita yang paling mengerti hidupku dan diriku
satu adalah mamaku
lainnya adalah istriku
Namun keduanya telah tiada meninggalkan aku seorang diri
Aku sadar aku harus tetap menjalani hidup ini dan tau dengan baik bahwa Tuhan bersertaku

 


 


 

 

































Kenangan bersamamu terlalu indah dan selalu akan kukenang

Hari-Hari bersamamu sungguh memberi suatu arti dan bersyukur simasa akhir kita bisa menikmati hari ddengan bahagia dan tanpa ada konflik yang berarti












Monday, March 15, 2021

Tatkala tak berdaya

Manusia selalu ingin dapat mengontrol semua hidupnya, dari masa depan, pekerjaan, keluarga bahkan juga sekitarnya ingin di kontrolnya. itulah sifat dari manusia. manusia selalu merasa dan menempatkan dirinya diatas dari segalanya. Namun ada suatu saat dalam ketidak berdayaan kita dihadapkan oleh suatu realita yang sangat berbeda. Ada ketidak mampuan yang tidak bisa kita pungkiri terjadi dalam diri dan hidup kita. Dalam pengalaman hidupku sendiri saat ini sedang dalam kondisi pergumulan ini.

Dalam hidupku selama ini, semua coba diatur tentu saja sebagai orang percaya, aku  menganggap semua rencana ku ada di dalam Tuhan, namun ada kala sebenarnya kita mengatur secara pikiran kita manusia. Kami hanya hidup berdua selama ini. Anak kami dan cucu semua ada di Batam. Jauh dengan kami secara kehadiran walau dekat dihati kami.

Bagi kami berdua sudah komit untuk melakukan yang terbaik untuk Tuhan dan menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin dalam menjalankan relasi suami istri. Harus kami akui kami juga tidak sempurna ada kalanya konflik terjadi namun dalam kesatuan kesedagingan kami selalu berusaha membereskannya walau ada yang segra ada yang tertunda namun sesungguhnya hati kami selalu ingin membereskan dan menyatu didalam ikatan pernikahan kami sebagai satu daging.

Kami berusaha mengasihi dan selalu bersama, bahkan kami mengusahakan jika ada  pelayanan keluar kota ,bila seorang diundang maka yang lain akan mendampinginya melayani dan itu yang kami coba lakukan untuk selalu bisa bersama.

dikantor kami selalu bersama satu ruangan bahkan duduk bersebelahan meja, kemanapun kami akan berusaha berdua bersamaa-sama menjalankan semua pelayanan dan kami merasa betapa indah dan senangnya kesempatan yang Tuhan ijinkan boleh kami nikmati. Tidak pernah kami terpisah lama setelah perjalanan hidup pernikahan kami.

Sebelumnya kami pernah terpisah cukup lama saat menjalani panggilan sekolah Teologia, istri di Jakarta aku di Bandung, setelah itu kami di pisahkan istri melanjutkan ke Malang sementara aku pergi Ke RRC selama 2 tahun, kami benar benar terpisah.

Dengan selesainya semua study dan kami mulai pelayanan kami, maka kami berusaha untuk tidak lagi terpisah dan sampai beberapa waktu lalu kami tidak pernah terpisah lebih dari 2/3 hari jika melebihi 3 hari biasa salah satu dari kami akan menyusul kemana kami berada. semua dapat kami lalui dan kontrol

Saat ini Tuhan memberi kami pengalaman unik, saat kami terpapar Covid -19 kami berjanji untuk di rawat satu kamar untuk bisa saling menjaga dan kami berusaha untuk satu ruang. Rencana kami tidaklah semulus itu walau awalnya kami bisa satu ruang, kondisi kami berbeda, aku yang lebih lemah karena komorbid diabetes dan tranplantasi ginjal ternyata tidak selemah itu sedang istri yang selama ini kuat ternyata kali ini dia lemah bahkan harus masuk ke HCU.

Sampai hari ini sudah hari ke 17 kami terpisah ruang walau di satu rumah sakit yang sama, betapa menyakitkan hati. aku tidak dapat membantu dia, mengusap dia, memeluk dia dalam sakit, demikian dia sebaliknya. sampai satu saat ketidak tahanan kami, malam-malam aku mohon keapad suster jaga dan dokter jaga ijinkan aku ke HCU sekedar mendoakan dia dan memegang tangannya doa bareng. sangat beresiko memang bagi diriku yang imun lemah dan komorbid ke daerah HCU dan dokter ginjal melarang keras. Naun ketidak mampuan menahan gejolak hati memaksa aku melangkah.

Perrtemuan terjadi dan dia sangat senang demikian pula aku dan malam itu kondisi kami secara psikologis naik dan tenang dan memberikan kondisi kami baik adanya, dan kami berdua berterima kasih dan senang dengan pertemuan itu dan tidak akan nakal lagi memaksa kesana karena memang sangat berbahaya.

Ketidak berdayaan dan keterpisahan ini sangat menyakitkan tetapi demi pemulihan yang lebih cepat maka kami harus belajar menahan  diri dan bersandar kepada Tuhan. Seringkali iblis membisiki bagaimana jika tidak bisa bertemu lagi, dan perasaan itu langsung bergejolak dan ingin langsung kesana, namun sekali lagi aku diingatkan percaya saja kepada Tuhan. jika Tuhan masih ingin kami bersama pasti terjadi.

Banyak hal yang tidak bisa kita kontrol, untuk bertemu pasangan sendiri dalam rumah sakit yang samapun aku tidak ada kemampuan. bahkan untuk Video call pun dibatasi bisa sehari sekali semua diluar kontrol kita. Ini menyadarkan terbatasnya diri kita bahwa memang tidak ada kontrol yang bisa kita lakukan, Hanya Tuhan.....Hanya Tuhan saja yang maha kuasa dan mengatur kontrol segala sesuatu didunia. 

Inilah perjalan Iman yang aku harus liwati saat ini, kami berdua diajar terus untuk sungguh bergantung kepada Tuhan saja. Tuhan memberkati