Friday, July 13, 2012

Menyikapi konflik dalam Pernikahan

Dalam setiap pernikahan tidak pernah lepas dari konflik, bahkan melalui suatu konflik terjadi suatu proses pengenalan yang lebih mendalam dari suatu relasi, semakin mengenal akan sikap, harapan dan cara berpikir seseorang. Kitab Amsal 27:17 mengatakan: “ Besi menajamkan besi , orang menajamkan sesamanya. Melalui ayat ini dapat dimengerti bahwa konflik di suatu pernikahan adalah proses saling menajamkan satu dengan yang lainnya. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana berkonflik dan kenapa terjadinya konflik. Pernikahan adalah proses yang harus dikerjakan oleh pasangan yang bertemu setelah berusia dewasa dan menyatukan diri menjadi pasangan suami istri, dengan sendirinya mereka masing-masing membawa keberadaan dan sifat masing-masing yang telah terbentuk sekian tahun dalam keluarga mereka masing-masing. Didalam penyatuan inilah sering terjadi konflik karena masing-masing membawa latar belakang mereka yang belum tentu mempunyai nilai yang sama dan berusaha menyatukannya. Masalah konflik terjadi kebanyakan di picu oleh harapan sebelum pernikahan yang tidak sesuai dengan kenyataan setelah menikah, memaksa nilai-nilai pribadi kedalam nilai mereka bersama setelah menikah, masing-masing berpegang pada prinsip pribadi dan tidak berhasil mengatasi diri untuk melebur menjadi satu daging. Masalah akan teratasi jika menyadari beberapa hal yaitu: 1.Konflik tidak harus di hindari, berkonfliklah jika itu perlu tetapi harus melalui etika konflik yang benar, sesuai dengan management konflik. 2.Belajar mengalahkan kehendak diri dan menyatukan diri menjadi “sedaging” 3.Sadar bahwa pernikahan adalah terjadi pada 2 orang dewasa yang berdosa mengikat diri dalam ikatan pernikahan dan sebagai orang berdosa mempunyai natur dosa yang selalu merongrong hidup manusia. 4.Tidak memaksa orang untuk berubah tetapi diri sendiri harus yang pertama kali berubah. 5.Tidak menuntut pasangan untuk memberi/mengalah tetapi tuntutlah diri sendiri untuk lebih dahulu memberi dan mengalah 6.Tidak egois tetapi bertindaklah dengan takut akan Tuhan 7.HIdupi kehidupan berkeluarga dengan menempatkan Tuhan sebagai pemimpin suami dan berlandaskan kepada firman TUhan. Dengan belajar melakukan 7 hal tadi maka kita dapat belajar bagaimana berkonflik dan bertumbuh melalui konflik tersebut, ingatlah konflik juga dapat memberikan kehancuran kehidupan rumah tangga, karena kita memberi makan kepada emosi dan ego kita maka akan berbuntut pada perceraian. Mari kita semua takut akan Tuhan dan hidup bergaul erat dengan Tuhan akan memberi kekuatan kepada kita dalam hidup berkeluarga antar suami istri, Tuhan memberkati. Ev. Julimin Nagaputra. S.Th; M.A