Pertanyaan yang akan kita renungkan adalah:
Manakah yang lebih baik, mencintai ataukah di cintai?
Pilihan dari jawaban ini ternyata memberikan implikasi dan pemikiran yang cukup luas dalam kita berelasi dengan pasangan.
Awal sebelum masuk dalam pernikahan, aku pernah berpikir lebih baik saya akan menikahi seorang wanita yang mencintai saya dibanding dengan orang yang saya cintai tetapi tentu saja masih dalam kategori yang saya sukai.
Kenapa saya berpikir secara demikian pasti ada latar belakangnya. Saat saya masih muda belia, saya termasuk seorang yang rendah diri dan pemalu. Sulit sekali saya mengungkapkan perasaan senang saya pada lawan jenis secara verbal saya hanya berusaha menunjukkan perasaan senang saya dengan sedikit memberi perhatian kepadanya, namun seringkali perhatian ini tidak terperhatikan olehnya bahkan tatkala ada seseorang yang juga sedang melakukan pendekatan padanya maka pasti saya akan mundur teratur dan merasa sedih. Seiring dengan pertumbuhan hidupku yang terkontaminasi dengan kenakalan pemuda metropolitan semakin membawa aku rendah diri terhadap lawan jenis. Perasaan rendah diri ini tertutupi oleh kepandaianku dalam bergaul dan memiliki banyak sekali sahabat baik sejenis maupun lain jenis. Dan mulai saat itu yang ada dalam diri saya adalah pemikiran bahwa saya hanya akan mengasihi dan mencintai dan menikah dengan seorang wanita yang mengasihiku dan mencintaiku apa adanya dan saya akan sungguh sungguh dengannya, itu saja pemikiranku.
Namun sebaliknya saya berjumpa dengan seorang rekan yang sedang mengeluh, betapa ia mempunyai seorang pacar yang sangat mencintainya, saking mencintainya sahabatku itu merasa teranam semua kebebasannya. Setiap hari di perhatikan, di tilpon, ditanya ini dan itu, pergi dengan siapa dan berteman dengan siapa bahkan sampai memakai baju apapun diperhatikan dengan sangat oleh si Pacar. Akibatnya ia merasa sangat tidak suka dan terintimidasi dan terkekang. pemikiran bagiku jadi sebaiknya bagaimana? Lebih baik mencintai atau dicintai.
Mengacu kepada kehidupan manusia yang diciptakan oleh Allah segambar dan serupa denganNYA. Allah adalah kasih, manusia diciptakan dalam kasih dan kasih Allah ada dalam diri ciptaanNYA sehingga ciptaan ini mempunyai kemampuan untuk mengasihi. Kita di haruskan mengasihi Tuhan Allah dan juga sesama kita manusia. Kita harus mengasihi dengan kasih dari Allah.
Dengan pengertian ini diaplikasikan dalam kontak berelasi dengan pasangan kita. Berarti saya harus belajar mengasihi dan juga sekaligus dikasihi. Aku dikasihi oleh Allah dan dengan kasih Allah aku mengasihi orang lain. Aku mengasihi pasanganku dan pasanganku mengasihiku karena kami berdua saling mengasihi maka dampaknya kami berdua juga akhirnya menerika dikasihi oleh pasangan masing-masing.
Dosa menjadi masalah yang paling merusak esensi kasih itu. Sejak dosa ada dan merongrong kasih itu sehingga manusia tidak lagi mempunyai kasih yang murni. Kasih manusia sangat dipengaruhi seberapa saya suka dia, seberapa dia menyenangkan saya, kasih yang mempunyai motivasi yang salah. Mungkin motivasi tidak salah namun chemistry perasaan itu sangat berperan.
Manusia dalam dosa kebanyakan mengasihi dengan alasan karena....... , bukan lagi mengasihi walaupun..........
Inilah pergumulan kita dalam berelasi dalam rumah tangga. Kesulitan kita mencintai pasangan kita karena dia tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan dan ingini. Pergumulan ini seharusnya muncul dalam masa pacaran bukan masa sudah berumah tangga. Setelah berumah tangga tujuan kita adalah satu yaitu menyatukan diri menjadi sedaging dan melakukan pekerjaan yang Allah sudah siapkan untuk keluarga kita. Maka konsekuensinya adalah sesulit apapun yang harus ada adalah, Aku mengasihi pasanganku walaupun Ia tidak sesuai dengan apa yang aku mau, walaupun ia sekarang tidak lagi secantik / seganteng dulu, walaupun ia tidak sesehat dulu atau apapun juga.
Itulah perjuangan kita yang hanya dapat kita lakukan dengan pertolongan KASIH dari Allah. Kasilah Allah dan biarlah kasih ALLAH bekerja dalam diri kita untuk mengasihi pasangan kita dan orang lain.