Monday, March 15, 2021

Tatkala tak berdaya

Manusia selalu ingin dapat mengontrol semua hidupnya, dari masa depan, pekerjaan, keluarga bahkan juga sekitarnya ingin di kontrolnya. itulah sifat dari manusia. manusia selalu merasa dan menempatkan dirinya diatas dari segalanya. Namun ada suatu saat dalam ketidak berdayaan kita dihadapkan oleh suatu realita yang sangat berbeda. Ada ketidak mampuan yang tidak bisa kita pungkiri terjadi dalam diri dan hidup kita. Dalam pengalaman hidupku sendiri saat ini sedang dalam kondisi pergumulan ini.

Dalam hidupku selama ini, semua coba diatur tentu saja sebagai orang percaya, aku  menganggap semua rencana ku ada di dalam Tuhan, namun ada kala sebenarnya kita mengatur secara pikiran kita manusia. Kami hanya hidup berdua selama ini. Anak kami dan cucu semua ada di Batam. Jauh dengan kami secara kehadiran walau dekat dihati kami.

Bagi kami berdua sudah komit untuk melakukan yang terbaik untuk Tuhan dan menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin dalam menjalankan relasi suami istri. Harus kami akui kami juga tidak sempurna ada kalanya konflik terjadi namun dalam kesatuan kesedagingan kami selalu berusaha membereskannya walau ada yang segra ada yang tertunda namun sesungguhnya hati kami selalu ingin membereskan dan menyatu didalam ikatan pernikahan kami sebagai satu daging.

Kami berusaha mengasihi dan selalu bersama, bahkan kami mengusahakan jika ada  pelayanan keluar kota ,bila seorang diundang maka yang lain akan mendampinginya melayani dan itu yang kami coba lakukan untuk selalu bisa bersama.

dikantor kami selalu bersama satu ruangan bahkan duduk bersebelahan meja, kemanapun kami akan berusaha berdua bersamaa-sama menjalankan semua pelayanan dan kami merasa betapa indah dan senangnya kesempatan yang Tuhan ijinkan boleh kami nikmati. Tidak pernah kami terpisah lama setelah perjalanan hidup pernikahan kami.

Sebelumnya kami pernah terpisah cukup lama saat menjalani panggilan sekolah Teologia, istri di Jakarta aku di Bandung, setelah itu kami di pisahkan istri melanjutkan ke Malang sementara aku pergi Ke RRC selama 2 tahun, kami benar benar terpisah.

Dengan selesainya semua study dan kami mulai pelayanan kami, maka kami berusaha untuk tidak lagi terpisah dan sampai beberapa waktu lalu kami tidak pernah terpisah lebih dari 2/3 hari jika melebihi 3 hari biasa salah satu dari kami akan menyusul kemana kami berada. semua dapat kami lalui dan kontrol

Saat ini Tuhan memberi kami pengalaman unik, saat kami terpapar Covid -19 kami berjanji untuk di rawat satu kamar untuk bisa saling menjaga dan kami berusaha untuk satu ruang. Rencana kami tidaklah semulus itu walau awalnya kami bisa satu ruang, kondisi kami berbeda, aku yang lebih lemah karena komorbid diabetes dan tranplantasi ginjal ternyata tidak selemah itu sedang istri yang selama ini kuat ternyata kali ini dia lemah bahkan harus masuk ke HCU.

Sampai hari ini sudah hari ke 17 kami terpisah ruang walau di satu rumah sakit yang sama, betapa menyakitkan hati. aku tidak dapat membantu dia, mengusap dia, memeluk dia dalam sakit, demikian dia sebaliknya. sampai satu saat ketidak tahanan kami, malam-malam aku mohon keapad suster jaga dan dokter jaga ijinkan aku ke HCU sekedar mendoakan dia dan memegang tangannya doa bareng. sangat beresiko memang bagi diriku yang imun lemah dan komorbid ke daerah HCU dan dokter ginjal melarang keras. Naun ketidak mampuan menahan gejolak hati memaksa aku melangkah.

Perrtemuan terjadi dan dia sangat senang demikian pula aku dan malam itu kondisi kami secara psikologis naik dan tenang dan memberikan kondisi kami baik adanya, dan kami berdua berterima kasih dan senang dengan pertemuan itu dan tidak akan nakal lagi memaksa kesana karena memang sangat berbahaya.

Ketidak berdayaan dan keterpisahan ini sangat menyakitkan tetapi demi pemulihan yang lebih cepat maka kami harus belajar menahan  diri dan bersandar kepada Tuhan. Seringkali iblis membisiki bagaimana jika tidak bisa bertemu lagi, dan perasaan itu langsung bergejolak dan ingin langsung kesana, namun sekali lagi aku diingatkan percaya saja kepada Tuhan. jika Tuhan masih ingin kami bersama pasti terjadi.

Banyak hal yang tidak bisa kita kontrol, untuk bertemu pasangan sendiri dalam rumah sakit yang samapun aku tidak ada kemampuan. bahkan untuk Video call pun dibatasi bisa sehari sekali semua diluar kontrol kita. Ini menyadarkan terbatasnya diri kita bahwa memang tidak ada kontrol yang bisa kita lakukan, Hanya Tuhan.....Hanya Tuhan saja yang maha kuasa dan mengatur kontrol segala sesuatu didunia. 

Inilah perjalan Iman yang aku harus liwati saat ini, kami berdua diajar terus untuk sungguh bergantung kepada Tuhan saja. Tuhan memberkati




No comments: