Sunday, March 13, 2022

Kesendirian yang menyakitkan

 Sebagai manusia kita diciptakan dengan kasih Allah dan memiliki karakter dan hak sebagai gambar Allah. Kita manusia di ciptakan sebagai mahluk sosial dan juga dikatakan tidak baik manusia itu seorang diri saja. Manusia perlu ada manusia lainnya dalam bersosialisasi dan Tuhan berikan.

Dengan adanya manusia lain dan sosialisasi yang terjadi maka hidup semakin marak dan bergairah melingkupi semua pemikiran dan perasaan yang menjadi satu dan terlihat dari prilaku kita di keseharian dalam berelasi dengan sesama kita

Namun dalam hidup ini ada kalanya kita harus menghadapi apa itu namanya kesepian. Sepasang suami istri yang di tinggal anak-anaknya study atau bekerja di lain kota atau keluar negri maka pasangan ini mulai merasakan kesepian.

Ketika anak satu persatu meninggalkan rumah, mereka membangun rumah tangga mereka masing-masing kesepian mulai menghampiri banyak keluarga, dan mulai memasuki yang namanya menanti kehadiran anak dan cucu untuk mengisi kesepian dan kerinduan yang ada dalam hati ini.

Namun akan tiba saatnya kita menyadari bahwa semua yang kita miliki satu persatu dengan perlahan dan pasti hilang dari genggaman kita, maka saat itulah kita mulai menyadari betapa kita sendirian dan kesepian. Kita sering mengenang masa ketika rumah kita penuh tangisan anak anak, penuh gelak tawa bahkan mungkin juga kata kata keras dan kemarahan yang sering kali muncul dalam berelasi dan konflik, semua itu sudah tidak ada menyisakan kenangan, dan sakitnya hati ini ketika kenangan itu muncul seperti sebuah tayangan film dalam ingatan kita.

Sampai  terakhir orang yang ada di samping kitapun lenyap, maka kesepian dan kesadaran kesendirian ini makin menjadi-jadi. Secara spritual kita mengerti bahwa Tuhan ada selalu menyertai kita dan bersama kita, benar ini menolong tetapi ada saat saat kita sangat butuh manusia lain ada di tengah kita, dan saat itulah kenangan manis akan pasangan kita bermunculan dan akhirnya menyisakan air mata yang ada di pipi, dan sakit hati yang menusuk serta merobek robek hati ini.

Banyak orang yang sedang dalam tahap seperti ini dalam dunia, mereka harus melaluinya sendiri dan terus sendiri sambil menanti saat penyatuan itu kembali terjadi kala Tuhan sudah memanggil pulang. Ada juga ketakutan apakah nanti sang kekasih hati ini masih seperti waktu dia hidup dan hangat menyapa kita karena kita tahu bahwa di dunia sana memang berbeda dengan dunia fana kita ini, semakin di pikir semakin membawa kesedihan dan keribudan yang mendalam dalam hati

Aku yang sedang dalam tahap ini sama seperti saudara lain yang juga dalam kesendirian dan kesepian. Satu kekuatan Tuhan masih ingin kita melakukan sesuatu didunia ini maka hanya bisa melakukan apa yang Tuhan tugaskan dan inginkan. Tidak lagi perlu mencari apa yang dunia atau orang lain katakan. Hanya Tuhanlah benteng kekuatan kita dan penghiburan kita. 

Tuhan beserta kita... amin

No comments: