Hidup ini tidak adil, apakah benar?
Apakah memang ada keadilan didalam dunia ini, dunia yang sementara orang mengatakan bahwa hidup ini penuh kekejaman dan cobaan hidup yang memberi banyak kesulitan pada seteiap umat manusia.
Setidaknya itulah yang kadang aku rasakan dan alami setelah di tinggal oleh istri tercinta. Hidup menjadi kosong dan tidak ada kesukaan dan keceriaan. Yang ada adalah kesukaan yang dipaksakan ataupun kesenangan sementara tatkala ada sedikit kegembiraan yang meletup dalam pergaulan namun kembali sepi tatkala kembali sendiri.
Aku sering berpikir betapa banyak ketidak adilan yang kurasakan saat ini. Aku mengenang setiap hal dan setiap detail perjalanan kehidupan bersama dengan almarhum istri yang sangat kukasihi ini. Kami berjuang untuk dapat menikah dalam ketidak beradaan dalam materi dan juga tidak ada dukunga dari orang dekat akan pernikahan kami, hanya berbekal cinta, komitman dan kebersandaran kepada Tuhan kami menapaki hidup kami memasuki pernikahan.
Kami berdua harus berjuang dalam hidup mencari penghidupan yang lebih baik bekerja siang dan malam agar hidup ini bisa sedikit lebih nyaman dan bisa dinikmati. Dalam perjalanan yang sedikit demi sedikit mulai bisa dinikmati Tuhan memanggil kami untuk menyerahkan diri melayaninya dengan melepas semua pekerjaan kami dan mulai memasuki dunia pelayanan.
Dalam pelayanan sedikit demi sedikit Tuhan membukakan hal-hal yang harus kami lakukan sesuai dengan gaya dan karakyter serta kehidupan kami melalui segala macam naik turun bahkan kecurigaan orang-orang justru yang dekat dengan kami, meragukan akan integritas kami, sangat menyakitkan hati kami berdua dan kami bertanya kepada Tuhan betapa tidak adilnya hidup ditengah iman yang kupercayai ini. Betapa banyak orang yang "Munafik" ataupun menerapkan prinsip kebenaran tanpa ada pengetahuan yang benar yang lebih menghakini. Kadang membuat aku khususnya yangdi bangun dari sosialitas non Kristen awalnya sangat berbeda. Dimana lingkunngan sosial non Kristen lebih bahu membahu dalam kesolidaritasannya dibanding dengan kekristenan yang penuh iri hati. Dimanakah kasih yang sering di gemborkan itu?
Dengan berjuang bersama saling menguatkan dan berdoa kami melihat itu bukan kekristenannya yang salah tetapi manusianya. Sejak dari itu kami tidak terlalu perduli dengan manusia ataupun pandangan manusia melihat diri kami sejauh kami menaati dan berjalan dalam kebenaran firman Tuhan.
Aku dan istriku berbeda dia sangat bisa membawa diri dengan thinkernya dan EQ nya dalam berelasi dengan orang lain, sedang aku seorang yang idealis sejak awalnya selalu transparan terlihat apa adanya akan ketidak sukaan maupun ketidak setujuan tentang segala sesuatu semakin orang memandang aku dengan "berbeda". Banyak orang tidak mengenal aku dan betapa banyak yang menghakimi aku. Dunia memang tidak adil, pernah aku mencoba untuk merubah sedikit gaya dengan mengikuti orang lain ternyata memang manjur, begitu banyak orang merasa oke dan senang. Namun sesungguhnya itu melelahkan karena tidak menjadi diri sendiri namun harus ku akui kemasan sangat penting. Sejujur dan sebaik apapun kita jika kemasannya buruk maka orang selalu menilai buruk. Sungguh hidup ini tidak adil bukan?
Sejak aku kehilangan istriku karena berpulang aku semakin sulit menapaki hidup ini di mata orang-orang yang mungkin memandang dengan cara yang berbeda. Aku merasakan betapa susahnya hidup dengan tidak adanya orang yang kita bisa berbagi perasaan dan mengenal diri kita secara mendalam. Aku merasa tidak adil Tuhan merenggut istriku dari sisiku karena aku masih membutuhkan dia.
Sejak dia tidak ada, secara jujur aku kesulitan keuangan karena dalam perhitungan pengeluaran tetap tidak cukup di cover dari pendapatanku saja kadang pas kadang harus makan tabungan, dengan catatan tidak ada pengeluaran transportasi selama pandemi. Beberapa teman dekat dan anak angkat menghibur dan mengajak aku berlibur untuk melepasakan kesedihanku, memang benar sangat terobati namun masalah tetap berjalan bukan.....
Tuhan pun memberi jalan melalui asuransi istri yang keluar dan uang pensiun namun itu tidak berani aku menggunakannya karena aku sudah komit dengan dia semasa hidupnya untuk membangun suatu tempat dalam lingkungan pelayananku. Namun aku tahu ada beberapa orang yang mulai berrtanya-tanya akan uang pensiun dan asuransi dari Weijen tersebut. Mereka memang perhatian namun dibalik itu ada perasaan seperti sedang di selidiki apakah memakainya dengan seenaknya. Hati ku sedih dan berpikir sungguh tidak adil dunia ini banyak orang berpikir negatif dan menghakimi.
Kenapa semua ini terjadi? Pada suatu saat ada seorang sahabat yang justru mengerti kesulitan aku dan dialah yang berani mengutarakan dengan jujur tanpa ada tudingan, yaitu menanyakan bagaimana kehidupan keuangan setelah istri tidak ada. Lalu aku ceritakan apa adanya dan beliau mengatakan ada jalan keluar asal saya berani melangkah dengan segala resikonya, yaitu investasi.
Saya bukan orang yang tidak mengerti investasi dan aku tau semu ainvestasi ada resikonya bahkan tanpa investasi saja dalam hidup banyak resiko maka saya bertanya lebih detail mengenai investasi ini dan karena aku mendapatkan suatu dana yang mendadak artinya tidak pernah aku pikirkan akan dapat dana itu aku masukkan kedalam investasi itu atas jaminan sahabtku itu bahwa dalam setahun jika ada habis investasi aku dia akan gantikan 100% dana saya tetapi sebaliknya jika setelah bisa mendapatkan profit hingga modal kembali maka dia tidak lagi menjamin maka aku ikut investasi
Problem lain muncul, dalam kemunafikan hidup. Beberapa orang mengetahui aku mengikuti investasi ini dan mendapatan profit yang baik merekapun ikut masuk investasi ini lalu tiba tiba ada selentingan dan tuduhan bahwa saya tidak fokus lagi pelayanan dan menjalankan investasi. padahal yang berbicara tidak mengerti hal ini dan tidak tau apa kegiatan saya sehari-hari secara detail kok bisa menilai seperti itu. Hiudp ini sungguh tidak adil bukan?
Setaip orang berivestasi mengetahui dengan jelas segala resiko dan menjadi tanggung jawab masing-masing. Apakah salah jika saya berinvestasi dimanakah letak dosanya? bukankah banyak mereka yang beseru inipun melakukan banyak investasi dengan cara mereka masing-masing. Apakah seorang hamba Tuhan tidak boleh berinvestasi? Seorang hamba TUhan juga manusia bukan? memerlukan biaya hidup dan menyiapkan masa tuanya? dari manakah dia membiayainya jika tidak menginvestasikan miliknya untuk sesuatu dimasa depan, salahkah? atau hamba Tuhan harus selalu berharap kepada Tuan-Tuan yang berpundi itu baru artinya bersandar Tuhan, Tuhan pelihara melalui mereka. BUkankah TUhan juga memberi kita akal pikiran dan mengusahakan untuk hidup kita?
Saat ini dari investasi aku bisa mendapatkan gaji istriku kembali walau dia sudah tiada dan hidup menjadi leih ringan. Namun karena sekarnag hidup sendiri maka kadang aku berpikir saat ini aku bisa saving cukup banyak dan bisa digunakan untuk berwisata atau menikmati hal-hal yang biasa kami lakukan selama dia hidup. Namun sekarang dia sudah tidak ada. Apa yang kumilikipun menjadi tidak ada artinya. Ada duit tetapi tidak bisa menikmatinya bersama istri tercinta apa gunanya. Hidup ini tidak adil tatkala dia masih hidup kami harus saving dan irit hidup sekarang tatkala aku pikir kenapa dulu terlalu pelit dan membatasi diri untuk menikmati hasil kerja kami berdua..... ah hidup ini memang tidak adil
Hidup memang tidak adil jika kita selalu melihat pada manusia. Bagiku keadilan adalah milik Tuhan tidak ada manusia yang bisa adil keadilan manusia itu berbeda denga keadilan manusia. bagi manusia biasa kamu dapat aku dapat itu adil namanya, aku dapat kamu tidak itu adalah anugrahku..... begitulah manusia
Hidup memang tidak adiiiiiil
No comments:
Post a Comment