Friday, January 10, 2020

Kekayaan versus kebahagiaan

Awal tahun umumnya semua orang berusaha untuk menyusun semua rencananya, apa yang ingin di capainya dan apa yang harus dikerjakan, yang  dikejar dalam jangka pendek lalu apa yang harus dilakukan dalam mempersiapkan semuanya untuk jangka panjang kehidupan ini.

Hampir kebanyakan orang akan bermuara pada kehidupan dalam dunia ini dalam arti hal materi yang dapat di capai, atau dalam bahasa keseharian adalah mengejar kekayaan. Banyak orang merasa kekayaan itu adalah sumber kebahagiaan. Kedudukan, kekayaan dan penghargaan dari orang lain merupakan suatu tujuan yang selalu dikejar oleh setiap umat manusia dalam usia apapun juga.

Kekayaan, kedudukan, penghargaan orang semua itu adalah masuk kedalam polemik kehidupan manusia. Jangan dikira jika kita sudah mendekati hal itu maka kita sudah bahagia. Beberapa cerita dari mereka yang saat ini cukup berada secara materi dan kedudukan merasa hidupnya dulu jauh lebih bermakna dan berbahagia.

Seorang yang sudah berhasil dalam hidupnya dan aku kenal cukup baik, di awali dengan kerja keras dan tidak memiliki apa apa, harus naik angkot pergi bekerja, lalu di tolong oleh rekan lain sehingga bisa bekerja dalam sebuah pabrik, dan berkat kerja kerasnya dia boleh mendapat kedudukan sebagai supervisor saat itu. rekan ini mulai berpacaran dan kemudian menikah, Ia tidak memiliki apa-apa, pacaranpun mereka naik bajaj waktu itu, menikah menyewa sebuah rumah kecil tanpa kursi ruang tamu, hanya kasur untuk mereka tidur dan perabot sekedarnya.

Kerja dan kerja, suami istri akhirnya  mulai menjadi manager di masing-masing usahanya dan mulai bisa memiliki mobil dan dengan suka cita mereka liwati hari mereka. apakah mereka bahagia ternyata tidak. Mereka tidak puas dengan semua itu dan mereka kejar terus dan jadilah mereka sukses dalam pekerjaan mempunyai mobil mewah untuk masing-masing dan liburan keluar negri, apakah mereka bahagia? ternyata tidak.....!

Mereka merasa mereka semakin hari semakin jauh satu dengan lainnya, istri lebih sering curhat dengan supirnya karena dialah yang mengantar kemana saja dia pergi, suami lebih ke sekretarisnya karena memang begitu dikantor dan urusan pekerjaannya, hidup mereka semakin jauh.  Mereka merasakan dulu waktu masih pacaran mereka himpitan naik bajay menyenangkan ketika di bayangkan sekarang, karena banyak senda gurau. Saat ini senda gurau jarang dilakukan. semua mempertahankan statusnya dan kedudukannya dengan terus bekerja keras dan mengorbankan relasi berdua.

apakah kekayaan menjadikan bahagia...... ternyata tidak! memang kekayaan memberikan banyak kemudahan namun tidak menjamin memberikan kebahagiaan. Kebahagiaan harus diisi dengan kerja keras dalam kita menjalin relasi. Kebahagiaan sangat berurusan dengan spiritualitas kita. Dunia tidak akan pernah memberi kepuasan maka kebahagiaan tidak pernah tercapai. Spiritualitas mendekatkan kita dengan pencipta maka akan memberi kita kesadaran hidup yang terpenting yaitu simplicity dan contenment

jadi kekayaan dan kebahagiaan akan dicapai dengan kita merasa cukup dan bisa menghidupinya didalam anugrah TUHAN.

No comments: